Mengulik Sejarah Pembuatan Ketan Uli yang Romantis

- Selasa, 12 November 2019 | 17:57 WIB
Ketan uli. (Ayobekasi.net/Firda Puri Agustine)
Ketan uli. (Ayobekasi.net/Firda Puri Agustine)

BEKASI UTARA, AYOBEKASI.NET -- Ketan bakar atau disebut juga ketan uli merupakan makanan khas Betawi yang masih eksis di Bekasi. Kini bahkan hadir dengan varian rasa dan topping yang lebih kaya, lebih dari sekadar kelapa parut dan serundeng kelapa.

Meski begitu, tak banyak yang tahu bahwa ketan uli mempunyai sejarah pembuatan yang cukup dalam terkait dengan hubungan kekeluargaan dan silaturahmi masyarakat Betawi. Tak hanya soal jejak rasa, juga makna religi yang hadir di sana.

Pegiat sejarah kuliner nusantara yang juga seorang chef, Wira Hardiyansyah menjelaskan bahwa proses pembuatan ketan uli bisa dibilang romantis karena ada pembagian tugas antara pria dan wanita. Mereka bahu membahu menciptakan sebuah kudapan lezat.

AYO BACA : Pemkot Bekasi Imbau Tiap Kecamatan Bikin Lubang Biopori

“Biasanya yang cowok menumbuk ketan, sementara yang cewek kebagian memasak atau membuat uli-nya. Pembagian tugas itu ada maknanya, termasuk simbol kebersamaan bagi masyarakat Betawi,” kata Wira kepada Ayobekasi.net, Selasa (12/11/2019).

Dia melanjutkan, jauh sebelum adanya peradaban Betawi, ketan disimbolkan sebagai kuliner pemersatu hubungan antar masyarakat, baik di dalam maupun luar kerajaan di era kejayaan Majapahit. Dalam beberapa catatan sejarawan , wajik yang berbahan dasar ketan pun sudah ada di masa itu.

“Ketan itu kan glutennya tinggi. Dia itu lengket, satu sama lain kan lengket. Nah, itu diibaratkan ngumpul, itu kedekatan kita semakin akrab dan baik,” ujar Wira.

AYO BACA : Bangun Proteksi Dunia Siber, Semua Pihak Mesti Kerja Sama

Proses pembuatan ketan uli juga tak lepas dari anggapan mistis dimana ada sejumlah syarat dan pantangan yang mesti dijalankan apabila ingin menghasilkan ketan sempurna. Satu saja yang dilanggar, maka ketan bisa tidak enak, bahkan gagal.

“Bikinnya memang gampang-gampang susah. Kalau jaman dulu, ketan uli dibuat berbarengan dengan pemotongan kerbau andilan yang merupakan tradisi masyarakat Betawi jelang lebaran atau acara besar,” katanya.

Jika sekarang ada banyak variasi dari ketan uli, lanjut Wira, itu menjadi sebuah inovasi yang tetap tidak menghilangkan keaslian cita rasa ketan itu sendiri.

“Modifikasi biasanya ada di-topping. Ketannya tetap sama. Makanya sejarahnya tetap ada dan tidak boleh dihilangkan,” ujar Wira. 

AYO BACA : Cerita Don Hasman, Fotografer Pelintas Negara dengan Jalan Kaki

Editor: Ananda Muhammad Firdaus

Tags

Terkini

5 Tips yang Harus Anda Lakukan Saat Naik Bus!

Rabu, 16 Maret 2022 | 12:21 WIB

Jadwal Buka Puasa Wilayah Bekasi, Minggu 10 Mei

Minggu, 10 Mei 2020 | 16:09 WIB

Ada Pipa Bocor, Air PDAM di Bekasi Utara Terganggu

Jumat, 28 Februari 2020 | 14:48 WIB

Impact Circle Sukses Digelar di Cikarang

Kamis, 9 Januari 2020 | 19:22 WIB

Alasan Jangan Masuk Sendirian di Fantasy Park SMB

Rabu, 4 Desember 2019 | 12:44 WIB

KRL Terlambat, Penumpang Menumpuk di Stasiun Bekasi

Rabu, 4 Desember 2019 | 08:20 WIB

Tips Mendongeng yang Bikin Anak Tertarik

Senin, 2 Desember 2019 | 18:44 WIB

Mengulik Sejarah Pembuatan Ketan Uli yang Romantis

Selasa, 12 November 2019 | 17:57 WIB

‘Dufan Mini’ Hiburan Murah Meriah Warga Bekasi

Minggu, 13 Oktober 2019 | 19:01 WIB

Begini Sejarah Telur Ceplok dan Telur Dadar

Senin, 7 Oktober 2019 | 19:28 WIB

Icip-icip Nasi Telor Pimen, Enak Apa Enggak Ya?

Senin, 7 Oktober 2019 | 18:46 WIB

Mencicipi Gabus Pucung Legendaris di Ujung Bekasi

Selasa, 13 Agustus 2019 | 16:14 WIB

3 Warung Nasi Uduk yang Enak di Bekasi

Jumat, 9 Agustus 2019 | 10:34 WIB

3 Tips Mengolah Gabus Pucung yang Enak

Minggu, 4 Agustus 2019 | 11:45 WIB

Oblok Tongki, Kuliner Betawi yang Khas di Bekasi

Minggu, 4 Agustus 2019 | 10:36 WIB
X